Tips Mengubah Perilaku Pasien yang Suka Menunda Perawatan
Sebagai dokter gigi, Anda mungkin sering mendapati pasien Anda yang baru datang, setelah berbulan-bulan tidak melakukan perawatan. Hal ini bisa disebabkan pasien yang masih ragu pergi ke klinik gigi di masa pandemi, atau memang tidak punya waktu untuk berkunjung.
Akibat keraguan tersebut, tak sedikit mungkin pasien yang datang kembali dengan kondisi gigi dan mulutnya sudah cukup memprihatinkan. Oleh sebab itu, kita sebagai dokter gigi wajib untuk memberikan edukasi dan mengembangkan kepercayaan pasien untuk kembali melakukan perawatan.
Adapun lima langkah yang bisa Anda lakukan untuk membuat pasien mengubah perilaku yang malas tersebut, menjadi rajin kembali, seperti dikutip Dentistry Today.
1. Melakukan Telekonsultasi
Terhubung dengan pasien Anda melalui janji temu virtual bisa membuatnya lebih nyaman di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Telekonsultasi adalah cara tercepat untuk mengurangi stres karena tidak bisa kembali ke klinik gigi.
Janji temu tersebut, baik secara real-time atau asinkron, dapat menyampaikan banyak hal tentang kesediaan dokter untuk membantu dan mengurangi kondisi terburuk dari kesehatan gigi dan mulut mereka. Pasien cenderung menyukai telekonsultasi, terutama pasien baru.
2. Memakai Teknologi Terbaru di Klinik
Cobalah untuk memanfaatkan teknologi yang lebih baru di klinik Anda. Misalnya, menggunakan aplikasi kedokteran gigi yang terintegrasi dengan aplikasi pasien, seperti KLINIKOO. Ini akan membuat pengalaman pasien lebih menyenangkan dan membantu mengurangi kecemasan untuk kembali melakukan perawatan.
3. Memberikan Edukasi yang Tepat dan Jelas pada Pasien
Pasien klinik gigi Anda tentu menginginkan perawatan yang minim rasa sakit dan tentu dengan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, ketika pasien kembali berkunjung ke klinik gigi Anda, pastikan Anda memberikan edukasi yang tepat dan jelas kepada pasien untuk mengurangi rasa cemasnya.
4. Mengedukasi tentang Perilaku Menunda Perawatannya
Setelah pasien merasa nyaman kembali ke klinik, cobalah dokter luangkan waktu untuk mengedukasi pasien agar mereka merenungkan kesehatan mulut mereka dan berbagi korelasi antara kesehatan secara keseluruhan dengan kondisi giginya terkini.
Setelah pasien memiliki pemahaman yang jelas tentang perilaku masa lalu yang membawa mereka tidak pergi ke klinik, Anda dapat mendiskusikan keadaan kesehatan mulut mereka saat ini. Daripada mendikte apa yang harus mereka lakukan, alangkah lebih baik merencanakan kesehatan gigi mereka di masa depan.
5. Optimisme yang Hati-hati
Akhirnya, penting untuk mengakhiri dengan hati-hati dan optimisme. Penyedia layanan gigi memiliki kewajiban untuk mengomunikasikan keseriusan perawatan yang tertunda: pasien dapat berakhir dengan rasa sakit yang sama (atau lebih) daripada yang memaksa mereka untuk mencari perawatan gigi sejak awal.
Mengingatkan pasien di mana hari dimulai, rasa sakit atau masalah yang mereka alami (dan ingin menghindari bergerak maju) dapat menjadi alat yang efektif untuk mendorong perubahan di masa depan. Ingatkan pasien bahwa tanpa menerapkan rencana perawatan, tantangan kesehatan mulut mereka akan tetap ada.