Keren! Dokter Gigi asal Makassar Ini Masuk Daftar Ilmuwan Berpengaruh di Dunia
Sebagai orang Indonesia, kita harus berbangga diri bahwa salah satu dokter gigi di Makassar berhasil masuk dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia, Dok. Adalah Prof. Dr. drg Muhammad Harun Achmad, seorang dokter gigi dan juga Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar masuk ke dalam daftar Top dua persen World Ranking Scientist yang dipublikasikan Stanford University dan Elsevier BV.
“Alhamdulillah, masuk dua persen scientist dunia ini mudah-mudahan semakin memacu spirit saya untuk lebih produktif,” kata Prof. Harun seperti dikutip Antara.
Diketahui daftar tersebut merupakan daftar yang sangat bergengsi. Pasalnya, hanya 58 ilmuwan dari lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia yang lolos dalam daftar yang dipublikasikan oleh salah satu universitas ternama dunia.
Prof. Harun adalah satu-satunya dosen peneliti yang masuk ke dalam daftar itu dan mengharumkan nama Indonesia dan almamaternya Unhas. Ia juga dinobatkan sebagai satu-satunya dokter gigi Indonesia yang lolos atas penelitiannya lho, Dok!
“Saya merasa sudah selesai dengan diri saya. Sekarang lebih berpikir bagaimana lebih berguna bagi masyarakat,” ujarnya.
Alasan Prof. Harun masuk jajaran ilmuwan terbaik di dunia
Drg. Harus merupakan seorang profesor muda yang telah dinobatkan sebagai periset unggul Unhas pada 2019 lalu. Tak hanya sebagai dosen, ia merupakan reviewer nasional dan internal sejak 2015 sampai saat ini. Diusianya yang menginjak 47 tahun, drg. Harun sudah bergelar profesor.
Sejak mengikuti penelitian dari 1982 silam, ia sudah menghasilkan 133 jurnal di Science and Technology Index (Sinta). Termasuk H-indeks scopus 13 dan H-indeks GS 17. Selain penelitian, drg. Harun juga telah menerbitkan 10 buku dan mempunyai hak paten atas karyanya tersebut.
Di Unhas sendiri, drg. Harun masuk ke dalam peneliti nomor satu versi Sinta dan nomor 12 di seluruh Indonesia. Tak heran bukan, bila ia masuk ke dalam jajaran ilmuwan paling berpengaruh di dunia.
“Saya baru serius di 2016. Saya meneliti macam-macam. Ada soal kanker rongga mulut, penggunaan obat herbal untuk hambatan kuman dalam rongga mulut dan lainnya. Dan paling terakhir, saya buat alat Elektromiografi untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot gigi,” paparnya.
Meski alatnya belum tersedia di Indonesia, ia berinisiatif bersama dengan dosen Teknik Informatika dan Teknik Elektro membuatnya. Nama alat tersebut adalah Diagnostik Kontraksi Otot Orofasial Dentosmart EMG.
Alat ini nantikan bisa digunakan untuk mendeteksi kekuatan kontraksi otot orofasial untuk pencegahan gigi maloklusi pada anak. Sehingga anak yang berumur belasan tahun yang memiliki risiko gigi tonggos bisa terdeteksi lebih cepat dan bisa dicegah.
Alat tersebut berhasil tercipta saat kompetisi riset nasional Kemenristek Dikti selama dua tahun untuk riset dasar dan akan lanjut ke terapan.
“Alatnya belum ada di Indonesia. Baru ada di Jepang dan Amerika. Sementara tidak bisa dipinjamkan, terpaksa kami bikin sendiri alatnya dan akan saya patenkan nanti,” kata drg. Harun.
Ia berharap, Unhas kedepannya bisa membuat kebijakan yang memberi dukungan besar kepada peneliti. Dari segi infrastruktur, anggaran dan lingkungan kampus yang mendukung.